Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Hubungan Hukum Industri

Hukum menurut Utrecht adalah himpunan petunjuk hidup, perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. menurut Utrecht penyebab hukum ditaati adalah: Karena orang merasakan peraturan dirasakan sebagai hukum. Karena orang harus menerimanya supaya ada rasa tentram. Karena masyarakat menghendakinya. Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Sedangkan definisi Industri adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya atau secara garis besar dapat disimpulkan bahwa industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang memproduksi barang-barang tertentu dan menempati areal tertentu dengan output produksi berupa barang atau jasa. Jadi Hukum industri adalah ilmu yang mengatur masalah perindustrian yang berada di Indonesia bahkan dunia. Mengatur bagaimana cara perusahaan mengatur perusahaannya da

Hukum Industri 1

·       Definisi dan Istilah Hukum Industri Pada Terbentuknya Jiwa Inovatif Definisi Hukum menurut Utrecht adalah himpunan petunjuk hidup, perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota masyarakat. Menurut Utrecht penyebab hukum ditaati adalah: 1. Karena orang merasakan peraturan dirasakan sebagai hukum. 2. Karena orang harus menerimanya supaya ada rasa tentram. 3. Karena masyarakat menghendakinya. 4. Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Definisi Hukum menurut tokoh lain: Berikut ini definisi Hukum menurut para ahli: Menurut Tullius Cicerco (Romawi) dalam “De Legibus”: Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia untuk menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hugo Grotius (Hugo de Grot) dalam “De Jure Belli Pacis” (Hukum Perang dan Damai), 1625: Hukum adalah aturan tentang tindakan moral yang mewajibkan apa yang benar. Thomas Hobbes dalam “Leviathan”